Thursday, October 31, 2013

Reminder to all of us...

(1) Facebook

An Aristocratic Advice When the Messenger of Allah (sal Allahu alaihi wa sallam)was asked which woman was best he replied, "The one who pleases (her husband) when he looks at her, obeys him when he gives a command, and does not go against his wishes regarding her person or property by doing anything of which he disapproves." [Nasai in Shu'ab al-Iman] “Awf ibn Muhallim al-Shaybani one of the most highly respected leaders of the Arab nobility during Jahiliyyah married his daughter Umm Iyas to al-Harith ibn Amr al-Kindi. As she was being prepared to be taken to the groom her mother, Umamah, came to advise her and said: ‘O my daughter, if it were deemed unnecessary to give you this advice because of good manners and noble descent, then it would have been unnecessary for you, because you posses these qualities, but it will serve as a reminder to those who are forgetful, and will help those who are wise.‘O my daughter, if a woman were able to do without a husband by virtue of her father’s wealth and her need for her father, then you of all people would be most able to do without a husband, but women were created for men just as men were created for them. ‘O my daughter, you are about to leave the home in which you grew up, where you first learned to walk, to go to a place you do not know, to a companion to whom you are unfamiliar. By marrying you, he has become a master over you, so be like a servant to him, and he will become like a servant to you. ‘Take from me ten qualities, which will be a provision and a reminder for you. ‘The first and second of them are: be content in his company, and listen to and obey him, for contentment brings peace of mind, and listening to and obeying one’s husband pleases Allah. ‘The third and fourth of them are: make sure that you smell good and look good; he should not see anything ugly in you, and he should not smell anything but a pleasant smell from you. Kohl is the best kind of beautification to be found, and water is better than the rarest perfume. ‘The fifth and sixth of them are: prepare his food on time, and keep quiet when he is asleep, for raging hunger is like a burning flame, and disturbing his sleep will make him angry. ‘The seventh and eight of them are: take care of his servants and children, and take care of his wealth, for taking care of his wealth shows that you appreciate him, and taking care of his children and servants shows good management. ‘The ninth and tenth of them are: never disclose any of his secrets, and never disobey any of his orders, for if you disclose any of his secrets you will never feel safe from his possible betrayal, and if you disobey him, his heart will be filled with hatred towards you. ‘Be careful, O my daughter, of showing joy in front of him when he is upset, and do not show sorrow in front of him when he is happy, because the former shows a lack of judgment whilst the latter will make him unhappy. ‘Show him as much honour and respect as you can, and agree with him as much as you can, so that he will enjoy your companionship and conversation. ‘Know, O my daughter, that you will not achieve what you would like to until you put his pleasure before your own, and his wishes before yours, in whatever you like and dislike. And may Allah choose what is best for you and protect you.’” [Jamharah Khutah al-Arab, 1/145]

Interesting articles...first time that i came across this. Pls share yr thought especially the one that being married for long..


Tuesday, October 29, 2013

Orang yang terbaik adalah yg bermanafaat bagi orang lain


HADITS TENTANG ORANG YANG TERBAIK ADALAH YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya: “ Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

A. PENDAHULUAN


Manusia merupakan makhluk yang paling mulia yang Allah SWT ciptakan diantara seluruh makhluk lain di dunia ini, demikian Allah SWT tegaskan dalam QS Al-Israa ayat 70; “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkat mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”Kemuliaan yang Allah berikan disertai dengan segala potensi manusia, baik akal, alat indera, fisik, hati, dan sebagainya. Potensi-potensi tersebut harus diaktualisasikan selain sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya juga sebagai bentuk ekspresi syukur kepada sang Khaliq. Diantara sekian banyak umat manusia, mereka ada yang bersyukur (orang beriman) dan ada yang kufur (musyrik). Orang yang bersyukur inilah yang sesuai dengan harapan Allah untuk senantiasa beribadah kepada-Nya sebagaimana Allah nyatakan dalam QS.Al-Dzariyat ayat56: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaku.”Menjadi seorang mu’min tentulah harus menjadi seorang yang terbaik di antara mu’min yang lainnya. Predikat ini lah yang Rasulullah SAW harapkan agar menjadi mu’min yang berkualitas. Dalam beberapa haditsnya, Rasul SAW telah memberikan kriteria mu’min yang terbaik . Saking banyaknya kriteria tersebut, sampai ada seorang Ulama yang menulis sebuah kitab berjudul Khairunnas (manusia yang terbaik). Dalam tulisan ini akan dicoba diulas mengenai tiga kriteria manusia terbaik yang didasarkan pada hadits Rasulullah SAW.Pertama: khairukum man ta’allamal Qur’aan wa ‘Allamahu (orang yang terbaik dii antara kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya (pada orang lain).


Kedua :manyuridillaahu khairan yufaqqihhu fid diin (siapa orang yang Allah kehendaki menjadi orang terbaik, Dia akan memahamkannya dalam urusan agama).
Ketiga: khairunnaas anfa’uhum linnaas (sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia yang lainnya). Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain merupakan perkara yang sangat dianjurkan oleh agama. Hal ini menjadi indikator berfungsinya nilai kemanusiaan yang sebenarnya. Eksistensi manusia sebenarnya ditentukan oleh kemanfataannya pada yang lain. Adakah dia berguna bagi orang lain, atau malah sebaliknya menjadi parasit buat yang lainnya.



Tentu saja manfaat dalam hadits ini sangat luas. Manfaat yang dimaksud bukan sekedar manfaat materi, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau kekayaan dengan jumlah tertentu kepada orang lain. Manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain bisa berupa :

1. Ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum/dunia;
Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan ilmu yang dimilikinya. Baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Bahkan, seseorang yang memiliki ilmu agama kemudian diajarkannya kepada orang lain dan membawa kemanfaatan bagi orang tersebut dengan datangnya hidayah kepada-Nya, maka ini adalah keberuntungan yang sangat besar; lebih besar dari unta merah yang menjadi simbol kekayaan orang Arab.

"Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang melalui dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah" [HR. Bukhari]

Ilmu umum yang diajarkan kepada orang lain juga merupakan bentuk kemanfaatan tersendiri. Terlebih jika dengan ilmu itu orang lain mendapatkan life skill (keterampilan hidup), lalu dengan life skill itu ia mendapatkan nafkah untuk sarana ibadah dan menafkahi keluarganya, lalu nafkah itu juga anaknya bisa sekolah, dari sekolahnya si anak bisa bekerja, menghidupi keluarganya, dan seterusnya, maka ilmu itu menjadi pahala jariyah baginya.

"Jika seseorang meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu
yang manfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya" [HR. Muslim]

Ilmu yang bermanfaat dalam hadits di atas bukan sekedar ilmu agama, tetapi juga bisa ilmu umum seperti contoh di atas.

2. Materi (Harta/Kekayaan)
Manusia juga bisa memberikan manfaat kepada sesamanya dengan harta/kekayaan yang ia punya. Bentuknya bisa bermacam-macam. Secara umum mengeluarkan harta di jalan Allah itu disebut infaq. Infaq yang wajib adalah zakat. Dan yang sunnah biasa disebut shodaqah. Memberikan kemanfaatan harta juga bisa dengan pemberian hadiah kepada orang lain. Tentu, yang nilai kemanfaatannya lebih besar adalah yang pemberian kepada orang yang paling membutuhkan. "Setiap mukmin wajib bershodaqah" [HR. Bukhari]

3. Tenaga/Keahlian
Bentuk kemanfaatan berikutnya adalah tenaga. Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan tenaga yang ia miliki. Misalnya jika ada perbaikan jalan kampung, kita bias memberikan kemanfaatan dengan ikut bergotong royong. Ketika ada pembangunan masjid kita bias membantu dengan tenaga kita juga. Saat ada tetangga yang kesulitan dengan masalah kelistrikan sementara kita memiliki keahlian dalam hal itu, kita juga bisa membantunya dan memberikan kemanfaatan dengan keahlian kita.

4. Waktu/perhatian
Adakalanya kemanfaatan yang diperlukan seseorang bukan lagi masalah harta atau keahlian tertentu, tetapi ia butuh teman atau orang yang mau memperhatikannya. Ini bisa terjadi pada orang tua (kakek/nenek) yang tidak memiliki famili. Meskipun ia kaya raya dan secara materi tercukupi tetapi ia membutuhkan perhatian orang lain. Bisa juga seorang sahabat yang sedang ditimpa musibah, sering kali ia membutuhkan perhatian dan waktu kita lebih dari materi apapun.

5. Sikap yang baik
Sikap yang baik kepada sesama juga termasuk kemanfaatan. Baik kemanfaatan itu terasa langsung ataupun tidak langsung. Maka Rasulullah SAW memasukkan senyum kepada orang lain sebagai shadaqah karena mengandung unsur kemanfaatan. Dengan senyum dan sikap baik kita, kita telah mendukung terciptanya lingkungan yang baik dan kondusif. Kita juga telah memperkuat jiwa orang lain; baik disadari atau tidak. Maka hadits pada poin 2 di atas ada kelanjutannya sebagai berikut :

Semakin banyak seseorang memberikan kelima hal di atas kepada orang lain -tentunya orang yang tepat- maka semakin tinggi tingkat kemanfaatannya bagi orang lain. Semakin tinggi kemanfaatan seseorang kepada orang lain, maka ia semakin tinggi posisinya sebagai manusia menuju "manusia terbaik".

Selain disebutkan Rasulullah sebagai manusia terbaik, orang yang bermanfaat bagi orang lain juga disebutkan dalam hadits sebagai orang yang dicintai oleh Allah. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman Asy-Syafii, berkata kepada kami Al-Qasim bin Hasyim As-Samsar, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Qais Adl-Dlibbi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sukain bin Siraj, berkata kepada kami Amr bin Dinar, dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, maka ia bertanya: "Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah? Dan apakah amal yang paling dicintai Allah azza wa jalla?" Rasulullah SAW bersabda : "Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain..." [HR. Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84]

Pada hadits di atas ada perawi Sukain bin Siraj. Al-Haitsami menilainya sebagai perawi dhaif, Ibnu Hibban juga menilai Sukain bin Siraj dhaif, bahkan Imam Bukhari menilai sebagai mukarul hadits. Meskipun hadits ini dhaif, tetapi ia ada dalam banyak riwayat. Sehingga bisa dijadikan
penguat/pendukung bagi hadits hasan yang kita bahas di atas. Hadits lain yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

Dari Ibnu Umar ia berkata : Seseorang bertanya : "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?" Rasulullah menjawab: "Yang paling bermanfaat bagi sesama manusia" [Jamii'ul ahaadits juz 36 hlm.422]

"Orang yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla adalah yang paling bermanfaat bagi sesama
manusia" [Majmu'ad Az-Zawaaid wa Manii'u Al-Fawaaid juz 8 hlm.121]

Pokok-pokok Kandungan Hadits
1. Orang yang terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain
2. Orang yang bermanfaat bagi orang lain termasuk golongan orang yang dicintai Allah SWT
3. Manusia hendaklah memberikan kemanfaatan kepada sesamanya baik berupa ilmu, materi/harta,
4. tenaga/keahlian, waktu/perhatian, dan sikap

Sedih..


Ada perkara yang berlaku pada diriku yg boleh aku telan begitu sahaja dan ada perkara yg berlaku amat menghiris jantung kalbu...sedih..memang sedih dan sayu kalau terkena pada batang hidung sendiri...Hari ini  hatiku sedih....iphone jatuh dalam air...aaahh...itu tak buat aku sedih sangat ...tapi yg sedihnya berpunca dari orang-orang yang dekat denganku...terasa sangat pahitnya...rasanya mau saja aku jauhkan diriku pada semua orang...aku lebih suka memencilkan diriku di dalam kamarku berseorangan....itulah hakikatnya kehidupan...adakalanya kita suka adakalanya kita duka....